Jumat, 29 Maret 2013

Intimidasi

Intimidasi atau yang lebih dikenal dengan bullying pasti sangat akrab dengan kita, apalagi di kalangan para remaja. Kemajuan zaman bahkan tekhnologi tidak mampu mengikis perilaku intimidasi. Abad ke 21 ini perilaku intimidasi tersebut malah semakin mengkhawatirkan, seperti di bidang tekhnologi yaitu melalui media sosial di internet (aksi cyberbullying) menurut  penelitian pada 6000 pelajar di sekolah Sheffield ternyata ada 27% pelajar di tingkat dasar dan menengah serta 10% pelajar tingkat atas pernah diintimidasi dengan 10% dan 4% dari tiap kelompok diintimidasi sedikitnya satu kali tiap minggu (Whitney dan Smith 1993). Dan parahnya lagi kebanyakan dari mereka yang menjadi korban intimidasi tidak pernah memberitahu orang tua maupun guru, bahkan hotline telepon tentang intimidasi menerima 50000 telepon dalam waktu kurang dari satu tahun, terkait dengan kasus tersebut.


         Intimidasi atau bullying dimaksudkan adalah perilaku menakut-nakuti yaitu memaksa orang lain berbuat sesuatu, gertakan atau ancaman kekerasan yang disengaja dan berulang–ulang untuk mengakibatkan tekanan kepada orang lain secara fisik dan psikologis. Perilaku intimidasi dapat dilakukan oleh siapapun, seperti di lingkungan sekolah yang kebanyakan dilakukuan di  halaman sekolah, kamar mandi bahkan tangga. Intimidasi dapat dilakukan oleh siswa, maupun guru. Intimidasi antar pelajar dan senior juga kerap terjadi oleh guru dan ada yang mengakibatkan siswa bunuh diri seperti siswa yang menunggak SPP merasa dipermalukan dan disisihkan di hadapan teman sekolahnya. Baik itu karena berulangkali harus menghadapi pemanggilan guru maupun perlakuan yang berbeda dari pihak sekolah terhadapnya.
Perilaku ini dapat dilakukan sendirian atau berkelompok, sasarannya pun juga bisa hanya pada satu orang ataupun sekelompok orang, baik pada laki-laki ataupun perempuan. Intimidasi dikalangan anak laki-laki biasanya mencakup pertempuran kepalan tangan, memukul, nama-panggilan (memanggil dengan nama buruk), penghinaan rasial, penghinaan etnis dan konotasi seksual sedangkan dikalangan anak perempuan lebih kepada mempermalukan dan merendahkan, membuat mereka tak berdaya untuk membalas, dan meninggalkan mereka terisolasi dan penuh dengan keraguan diri.
Menurut dan Olweus, Author of Bullying at School intimidasi di bagi menjadi 2 bagian pokok yaitu :
1. Direct bullying               : intimidasi secara fisik, verbal emosional dan seksual. Berikut ini adalah contoh  tindakan direct bullying, pelaku baik individual maupun group secara sengaja menyakiti atau mengancam korban dengan cara: menyebarkan gosip, membuat julukan yang bersifat ejekan, menyuruh seseorang untuk mempermalukan korbanya, melukai secara fisik dan melakukan pengompasan.
2. Indirect Bullying           : isolasi secara sosial. Berikut ini adalah contoh tindakan indirect bullying, sama seperti direct bullying pelaku baik individual maupun group secara sengaja menyakiti atau mengancam korban dengan cara:  menyisihkan (mengucilkan) dan mendiamkan korban dari pergaulan.
Intimidasi itu sangat menyakitkan bagi si korban. Tidak seorangpun pantas menjadi korban intimidasi. Setiap orang memiliki hak untuk diperlakukan dan dihargai secara pantas. Intimidasi memiliki dampak yang negatif bagi perkembangan karakter, baik bagi si korban maupun pelaku.
          Korban intimidasi biasanya kehilangan rasa percaya diri, memiliki harga diri yang rendah, pemalu dan sering menyendiri (terisolasi dalam pergaulan) sering bolos sekolah dan prestasi belajar menurun. Kadang kala dapat bermanifestasi dalam bentuk gejala klinis seperti sakit kepala, nyeri perut, gangguan tidur, mengompol, pingsan, muntah, nyeri tungkai histeria dan depresi. Menyakiti diri sendiri bahkan bunuh diri dan dapat terjadi gangguan penyesuaian diri hingga dewasa sedangkan bagi pelaku intimidasi apabila dibiarkan, pelaku akan belajar bahwa tidak ada risiko apapun bagi mereka bila mereka melakukan kekerasan, agresi maupun mengancam anak lain. Ketika dewasa pelaku tersebut memiliki potensi lebih besar untuk menjadi pelaku kriminal dan akan membawa masalah dalam pergaulan sosial. 
Beberapa hal yang dapat dicermati dalam kasus intimidasi yaitu :

 A. Anak menjadi Korban
Tanda-tandanya
  1. Munculnya  keluhan atau perubahan perilaku atau emosi anak akibat stres yang ia hadapi karena mengalami perilaku intimidasi
  2. Laporan dari guru, teman dan pengasuh anak mengenai tindakan intimidasi yang terjadi pada anak.

B. Anak sebagai Pelaku
Tanda-tandanya 
  1. Anak bersikap agresif, terutama pada mereka yang lebih muda usianya, atau mereka yang  tidak berdaya (binatang, tanaman, mainan)
  2. Anak tidak menampilkan emosi negatifnya pada orang yang lebih tua/ lebih besar badannya/ lebih berkuasa, namun terlihat anak sebenarnya memiliki perasaan tidak senang
  3. Sesekali anak bersikap agresif yang berbeda ketika bersama anda
  4. Melakukan tindakan agresif yang berbeda ketika tidak bersama anda (diketahui dari laporan guru, pengasuh, atau teman-teman)
  5. Ada laporan dari guru/ pengasuh/ teman-temannya bahwa anak melakukan tindakan agresif pada mereka yang lebih lemah atau tidak berdaya (no. 1)
  6. Anak yang pernah mengalami intimidasi mungkin menjadi pelaku intimidasi.
          Seperti yang sudah kita jelaskan diatas bahwa intimidasi bisa terjadi pada siapa saja. Perilaku ini dapat dilakukan sendirian atau berkelompok, sasarannya pun juga bisa hanya pada satu orang ataupun sekelompok orang, baik pada laki-laki ataupun perempuan, juga baik pada kalangan biasa maupun artis. Lee taemin misalnya dia merupakan member paling muda (maknae) dalam boyband Shinee (Onew, JongHyun, Key, Minho dan Taemin), boyband asal Korea Selatan yang dibawahi oleh manajemen SM Intertaiment ini pernah menjadi korban intimidasi semasa ia masih menduduki bangku SMA di ChungDam, yang pada akhirnya menurut berbagi sumber Taemin sendiri pindah sekolah ke Fine Art (sekolah seni) dan ada juga yang bilang kalau Taemin pada akhirnya mengikuti homescholling karena kepadatan jadwalnya sebagai artis.


SHINEE

LEE TAEMIN

Hal ini tidak sengaja terkuak ke publik dari buku harian salah seorang siswi SMA ChungDam yang sering mengikuti taemin di sekolah. Berikut tulisan buku harianya : 



          “Hari ini hujan, jadi aku sudah menyerah untuk mengikuti Lee Taemin, tapi tiba-tiba“mata – mata” Taemin datang dan bilang, “Kak, 9 menit lagi, Taemin akan lewat” Jadi aku langsung lari secepat kilat untuk mengikutinya, tapi hujannya menggila…Lee Taemin memakai payung dan membawa topi di tangan satunya. Terus temanku menahan dia dan ngobrol – ngobrol sementara aku ngambil foto. Ketika dia mau pergi ke ruang olahraga dia hampir jatuh..Aku ketawa jadi gak bisa ngambil fotonya, diapun pergi ke ruang guru. Aku mengikuti dia sampai ruangan, kemudian guru berkata, “Apa kamu baru datang?”. Taemin keliatan kecewa dan menjawab “Tidak, Saya datang dari jam pertama.” Kemudian guru itu pergi ke ruang kepala sekolah bersama Taemin. Aku menunggunya dan menyiapkan kamera. Tidak lama, Taemin keluar dengan kepala tertunduk dan memakai topi, sepertinya dia kena marah. Dia kacaan dulu sebelum pergi..”


Masih dari buku harian siswi ini, dia menceritakan kegiatannya membuntuti Taemin, kali ini dia mengajak Taemin berbincang – bincang, Ketika itu dia menanyakan tentang waktu ulang tahun JongHyun, tapi Taemin tidak merespon, sehingga temannya yang melihat dirinya di cuekin membentak Taemin.

Setelah kelas bahasa jepang, Aku meminta rekanku menemaniku mengikuti Taemin lagi. Sehingga kami menunggu di sebelah ruang olahraga, kemudian terlihat seorang anak yang mirip dengannya, kami keluar dan ternyata itu bukan dia sehingga kami mendamprat **** dia. Kemudian dia turun, ketinggiannya lebih tinggi dibandingkan anak sebelumnya tadi. Kita keluar dan kami berdiri didepannya. 

Aku: Taemin ah, kapan Jong Hyun melakukan pesta ulang tahunnya? 
TaeMin: … 
Aku: Jong Hyun tidak mengadakan satu pesta ulang tahun? 
TaeMin: … 
Rekanku: Taemin ah, apakah kamu mau mengencani noona? Kenapa kamu tidak menggenggam tangannya noona? Apakah kamu membenci tangannya noona? Kamu melukai perasaannya noona, Aku akan memarahi kamu **** karena tidak memberitahu aku kalau Jong Hyun sedang mengadakan pesta ulang tahunnya.


Artikel dari Tellzone juga menulis tentang intimidasi terhadap Taemin, diartikel ini diceritakan betapa banyak siswa yang tidak suka kepada Taemin.



          Aku siswa kelas 3 di sekolah menengah dan aku tidak berbohong. Rekanku di sekolah menengah ChungDam mengatakan padaku kalau sampai sekarang tidak ada intimidasi dalam bentuk fisik. Tapi pernah ketika dia datang ke sekolah hampir 100 murid menghadangnya dan tidak akan membiarkan dia lewat dan mengambil gambarnya. Ketika dia mencoba untuk lewat, banyak yang berkata seperti “ kamu pikir kamu hebat karena kamu artis? ’ atau ‘ dia tidak setinggi yang kubayangkan’ atau ‘ dia tidak tampan ’ dan banyak perkataan lain yang membuat sakit hati.


          Cerita lain, pada suatu waktu Taemin selesai makan siang (Taemin tidak makan siang bersama siswa/siswi lain, dia makan siang di tempat guru). Waktu dia kembali ke kelas, duduk di mejanya dengan kepala tertunduk, anak – anak kelas 2 (yang merasa iri dan kesal sekaligus tersinggung karena Taemin seperti diperlakukan istimewa, bisa makan di tempat khusus guru) mereka sudah menunggunya, menendang meja dan mulai membentak, “ hey, apakah kami terlihat seperti orang bodoh bagimu? Apakah kamu fikir kamu hebat karena kamu adalah artis? **** Hey angkat kepalamu!” dan dsb. Mereka melemparkan penghapus ke Taemin dan mengucapkan kata-kata kotor. Tapi, Taemin hanya diam, tidak berkutik.


Semua siswa sudah tahu tentang kejadian ini, akibatnya Taemin kalau berjalan selalu menunduk. Di dorm terkadang Taemin menangis dan biasanya keempat abangnya di Shinee (Hyung) selalu menghibur Taemin. Tetapi, selain itu ternyata teman sekelas Taemin sangat peduli padanya, terkadang mereka mengunci pintu kelas dari dalam, supaya anak anak lain atau kakak kelas yang iri terhadap Taemin tidak bisa masuk dan menggangu Taemin, terkadang mereka juga membela Taemin kalo ada yang mulai berkata kasar.




Motto Hidup Taemin

Taemin said : Keep smile eventhough it hurts

          Bercermin pada kasus Lee Taemin diatas menggambarkan bahwa betapa kejamnya perilaku intimidasi tersebut. Intimidasi terhadap Taemin memang sudah memasuki kategori kepenyerangan fisik bukan kategori pelecehan lisan saja. Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi apabila guru, orang tua siswa, dan segenap civitas akademika di sekolah menerapkan program anti-intimidasi dan mengajarkan anak-anak akan  keterampilan sosial agar mampu berinteraksi dengan orang-orang. Hal ini akan membantu mereka untuk menjadi orang dewasa produktif, ketika berinteraksi dengan orang lain.

laporan Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine oleh Asosiasi Psikolog Sekolah Nasional (NASP), menyatakan bahwa program anti-intimidasi yang berhasil harus mencakup kombinasi dari individu, kelas, dan sekolah tingkat intervensi. Kelompok ini merekomendasikan sekolah beradaptasi kepada semua langkah-langkah berikut :

Awal intervensi. Ada kebutuhan di tingkat sekolah dasar dan menengah untuk pelatihan ketrampilan sosial, konseling, dan intervensi agresi untuk siswa menunjukkan perilaku intimidas atau korban.

Pelatihan orang tua. Orang tua harus mendukung anak-anak yang menjadi korban serta mengenali perilaku intimidasi. Sekolah psikolog, pekerja sosial dan konselor perlu tersedia untuk membantu. 

Pelatihan guru. Guru perlu mengenali dan merespon perilaku intimidasi dan memberikan umpan balik positif untuk perilaku sosial yang sesuai. 

Perubahan sikap. Sikap lama bahwa intimidasi adalah ritus perjalanan berbahaya. Personil sekolah tidak harus mengabaikan perilaku intimidasi. 

Lingkungan sekolah yang positif. Sekolah dengan dipahami dengan baik peraturan dan praktik disiplin yang adil melaporkan kekerasan kurang.

Berikut merupakan pencegahan dan solusi terhadap perilaku Intimidasi yaitu : 


Pencegahan :                 
    
Pencegahan buat anak yang menjadi korban intimidasi, yaitu :

1. Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama ketika tidak ada orang dewasa/ guru/ orang tua yang berada di dekatnya. Ini berguna untuk pertahanan diri anak dalam segala situasi mengancam atau berbahaya, tidak saja dalam kasus intimidasi. Pertahanan diri ini dapat berbentuk fisik dan psikis. Pertahanan diri Fisik : bela diri, berenang, kemampuan motorik yang baik (bersepeda, berlari), kesehatan yang prima. Pertahanan diri Psikis : rasa percaya diri, berani, berakal sehat, kemampuan analisa sederhana, kemampuan melihat situasi (sederhana), kemampuan menyelesaikan masalah.
2. Bekali anak dengan kemampuan menghadapi beragam situasi tidak menyenangkan yang mungkin ia alami dalam kehidupannya. Untuk itu, selain kemampuan mempertahankan diri secara psikis seperti yang dijelaskan di no. 1. Maka yang diperlukan adalah kemampuan anak untuk bertoleransi terhadap beragam kejadian. Sesekali membiarkan (namun tetap mendampingi) anak merasakan kekecewaan, akan melatih toleransi dirinya.
3. Walau anak sudah diajarkan untuk mempertahankan diri dan dibekali kemampuan agar tidak menjadi korban tindak kekerasan, tetap beritahukan anak kemana ia dapat melaporkan atau meminta pertolongan atas tindakan kekerasan yang ia alami (bukan saja intimidasi). Terutama tindakan yang tidak dapat ia tangani atau tindakan yang terus berlangsung walau sudah diupayakan untuk tidak terulang.
4. Upayakan anak mempunyai kemampuan sosialisasi yang baik dengan sebaya atau dengan orang yang lebih tua. Dengan banyak berteman, diharapkan anak tidak terpilih menjadi korban intimidasi karena :
a. Kemungkinan ia sendiri berteman dengan pelaku, tanpa sadar bahwa temannya pelaku intimidasi pada teman lainnya.
b. Kemungkinan pelaku enggan memilih anak sebagai korban karena si anak memiliki banyak teman yang mungkin sekali akan membela si anak.
c. Sosialisasi yang baik dengan orang yang lebih tua, guru atau pengasuh atau lainnya, akan memudahkan anak ketika ia mengadukan tindakan kekerasan yang ia alami.

Pencegahan supaya anak tidak menjadi pelaku intimidasi :

     Perilaku ini sebenarnya bisa dicegah jika sekolah dan orangtua memiliki pemahaman yang menyeluruh mengenai anak. Kunci utama dari antisipasi masalah disiplin dan intimidasi adalah hubungan yang baik dengan anak. Hubungan yang baik akan membuat anak terbuka dan percaya bahwa setiap masalah yang dihadapinya akan bisa diatasi dan bahwa orangtua dan guru akan selalu siap membantunya. Dari sinilah anak kemudian belajar untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat.

Pencegahan Intimidasi Secara Preventif :

1. Sosialisasi anti-intimidasi kepada siswa, guru, orang tua siswa, dan segenap civitas akademika di sekolah.
2. Penerapan aturan di sekolah yang mengakomodasi aspek anti-intimidasi.
3. Membuat aturan anti-intimidasi yang disepakati oleh siswa, guru, institusi sekolah dan 
    semua civitas akademika institusi pendidikan/ sekolah.

4. Penegakan aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakatan institusi sekolah dan siswa, guru dan sekolah, serta orang tua dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemberian sanksi.
5. Membangun komunikasi dan interaksi antarcivitas akademika.
6. Meminta Depdiknas memasukkan muatan kurikulum pendidikan nasional yang sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif anak/siswa agar tidak terjadi learning difficulties.
7. Pendidikan parenting agar orang tua memiliki pola asuh yang benar.
8. Mendesak Depdiknas memasukkan muatan kurikulum institusi pendidikan guru yang mengakomodasi anti-intimidasi.
9. Muatan media cetak, elektronik, film, dan internet tidak memuat intimidasi dan mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengawasi siaran yang memasukkan unsur intimidasi.
10. Perlunya kemudahan akses orang tua atau publik, lembaga terkait, ke institusi pendidikan/sekolah sebagai bentuk pengawasan untuk pencegahan dan penyelesaian intimidasi atau dibentuknya pos pengaduan intimidasi.

Solusi :     
                                          
Solusi Ketika Telah Terjadi Intimidasi:
  1. Pendekatan persuasive, personal, melalui teman (peer coaching).
  2. Penegakan aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakatan institusi sekolah dan siswa, guru dan sekolah, serta orang tua dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemberian sanksi, lebih ditekankan pada penegakan sanksi humanis dan pengabdian kepada masyarakat (student service).
  3. Dilakukan komunikasi dan interaksi antar pihak pelaku dan korban, serta orangtua.
  4. Ekspose media yang memberikan penekanan munculnya efek negatif terhadap perbuatan bullying sehingga menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar tidak melakukan perbuatan serupa.
Create : From Various Sources



Tidak ada komentar:

Posting Komentar