Senin, 11 April 2011

3 Fenomena tentang Psikologi Pendidikan




Tiga fenomena yang telah kami bahas :
  1. fenomena bolos dikalangan SMA
http://amandustena.wordpress.com/2010/03/18/fenomena-membolos-di-kalangan-siswa-sma/
  1. kasus narkoba dari anak SD hingga jaksa

  3.   Memilukan, Mahasiswa UKI dan YAI Tawuran Lagi


pembahasan pertama :
Fenomena membolos yang dilakukan para siswa di sekolah dapat dipahami sebagai tindakan perilaku salahsuai, di mana siswa menyelesaikan masalahnya melalui jalan pintas yang menurut mereka sebagai solusi terbaik atas masalah yang mereka alami. Bagi pihak sekolah, tentu tindakan ini telah melanggar peraturan atau tata tertib yang berlaku. Lalu apa yang harus dilakukan?
Berdasarkan pengalaman, ada banyak hal yang mendorong beberapa siswa untuk melakukan kegiatan ini (bolos sekolah). Di antaranya ada siswa yang bolos karena tidak mau mengikuti mata pelajaran tertentu yang tidak disukainya, atau karena tidak suka pada salah satu guru, atau membolos karena diajak/mengikuti teman. Alasan mereka dapat saja dipahami dan diterima, namun yang tidak dapat diterima adalah cara mereka atau perilaku mereka yang salah dalam menyelesaikan suatu masalah. Oleh sebab itu, guru kiranya juga tidak semena-mena dalam menangani kasus seperti ini. Yang biasa terjadi adalah siswa dimarahi, dihukum atau bahkan dipukul. Penyelesaian dengan cara seperti ini kadangkala sulit diterima siswa, sehingga menimbulkan rasa benci dan dendam dalam diri siswa terhadap guru yang bersangkutan. Selain itu, cara yang demikian tentunya tidak bisa menyelesaikan masalah, justeru dapat menimbulkan masalah baru antara siswa dengan guru yang bersangkutan.

Teori psikologi pendidikan :

siswa adalah belajar dan belajar. Seolah-olah kegiatan belajar sudah menjadi kegiatan utama dalam diri tiap orang yang berstatus sebagai pelajar atau siswa. Namun dalam kenyataannya tidak selamanya siswa dapat belajar dengan lancar. Ada kalanya ia mengalami hambatan atau kesulitan dalam kegiatan belajarnya tersebut. Ia menjadi tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Perasaan malas sehingga tidak bersemangat untuk melakukan kegiatan belajar. Apa yang mereka lakukan adalah yang mudah bagi mereka untuk melampiaskan kemalasan untuk tidak masuk sekolah. Seharusnya dunia pendidikan tetap menetapkan para pengajar yang aktif untuk segera mengatasi perilaku bolos yang dilakukan anak didik mereka. Segera di atasi dengan menciptakan cara-cara agar anak didik tidak melakukan bolos seperti biasa mereka lakukan.

Teori pendidikan keluarga :

Pendidikan keluarga juga merupakan peran yang sangat penting yang harus di dapat untuk seorang individu selain dia harus mendapatkan bimbingan konseling dari seorang guru di sekolah atau di dunia pendidikan lainnya. Peran orang tua lebih utama dalam membentuk perilaku anak yang kemudian perilaku tersebut sangat dapat di gambarkan apabila seorang anak berada di luar,disekolah atau dimana saja dalam lingkungan pendidikan. Orang tua yang lebih mengerti cara meberikan konsep-konsep yang harus di terapkan oleh si anak terutama yang sudah memasuki jenjang dunia pendidikan. Pendidikan pertama pada anak ialah keluarga dimana seorang anak pertama kali belajar memahami sesuatu,mendapatkan pengetahuan,dan sikap dari keluarganya.

Teori bimbingan sekolah :

Bimbingan sekolah juga sangat melengkapi agar mereka beralih ke hal-hal yang positif setiap kali mereka bosan untuk masuk sekolah. Seperti mungkin dapat mengadakan kegiatan olah raga atau yang sangat merilekskan fikiran anak didik mereka. Mungkin itu sangat membantu mereka daripada membuang-buang waktu dengan nongkrong diluar sekolah dan melakukan hal-hal yang tidak jelas dalam hal yang negative.

Pembahasan kedua :
Di kalangan anak jalanan, jauh sebelum survey itu digelar, memang sudah dikenal istililah ‘ngelem’ yaitu perbuatan menghirup lem cair (seperti Aica Aibon). Bila lem tersebut dihirup dalam-dalam, dapat memberi efek melayang sebagaimana dirasakan oleh pengguna narkoba. Esther Thanak dan Dara Veranita ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Metro Jaya karena terbukti menjual 343 butir ekstasi yang merupakan barang bukti. Kalau satu butir ekstasi tersebut laku dijual dengan harga Rp 100.000 per butir, maka keseluruhannya bernilai Rp 34.300.000. Penetapan tersangka ini diperoleh setelah keduanya diperiksa secara maraton dua hari berturut-turut. Keduanya terbukti melanggar UU Psikotropika Pasal 60 ayat 1 tentang Pengedar dan Pasal 62 jo Pasal 71 tentang Kepemilikan Psikotropika.

Teori psikologi pendidikan :
Dalam psikologi pendidikan mengenai anak yang masih sekolah dasar sudah menggunakan barang terlarang,seharusnya mereka mendapatkan apa yang seharusnya mereka butuhkan sesuai dengan umur mereka yang masik anak-anak. Terutama pendidikan yang harus lebih diperhatikan karena pada masa itu anak-anak masih peka terhadap semua hal. Mereka masih perlu di perhatikan,mereka masih perlu untuk di bombing dalam dunia pendidikan untuk bekal dewasa nanti,bukan untuk membiarkan mereka hancur pada masa kanak-kanak. Termasuk kasus jaksa di atas,orang sudah jauh lebih dewasa pun perlu untuk di motivasi agar menjadi individu yang baik.

Toeri pendidikan keluarga :
Keluarga yang mampu adalah keluarga yang menjadikan anak menjadi berkepribadian yang baik. Dalam tuntunan ilmu,agama atau kebutuhan si anak. Dalam keluarga yang memiliki ekonomi yang rendah biasanya lebih cenderung kurang memperhatikan si anak dalam bergaul di dunia luar sehingga mereka mudah untuk terpengaruh yang bisa merusak diri mereka.  Penanaman nilai-nilai fundamenal, kepada anak memerlukan lebih banyak peran dari orang tua. Nilai-nilai tersebut, selain memerlukan penyampaian secara mudah dan khas untuk setiap anak, juga membutuhkan contoh perilaku yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan nyata nilai-nilai yang diajarkan. Termasuk juga pengajaran ibadah wajib, baik dalam hal bentuk dan makna, seperti pendapat saya tadi. Maka, anak yang baik sebenarnya berawal dari pola asuh yang benar dari orang tuanya. Pola asuh yang benar berasal dari orang tua yang mengerti tanggung jawabnya. Jadi, kualitas anak dipengaruhi juga oleh kualitas orang tua.

Teori bimbingan sekolah :
Bimbingan sekolah juga membantu untuk lebih menjadikan individu terarah dalam berfikir sebelum bertindak.

Pembahasan ketiga :
Tawuran lagi-lagi harus terjadi antara mahasiswa UKI dan YAI Jakarta, yang merupakan lanjutan dari tawuran-tawuran sebelumnya. Tawuran mulai pecah pada pukul 17.55 WIB. Saat itu polisi yang sudah berada di lokasi tidak bisa berbuat apa-apa lagi.Aksi lempar batu pun berlangsung hingga satu jam lebih. Tercatat ada 13 korban dari kedua kubu dan seorang warga sipil.Pada pukul 18.50 WIB, mahasiswa YAI yang di dalam kampus mulai melempari gedung UKI dengan bom molotov. Akhirnya gedung aula FISIP UKI dan kantin dilahap si jago merah. Setelah kebakaran, situasi mulai mereda. Petugas pemadam kebakaran dan personel kepolisian dari unsur Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Pusat diterjunkan.Namun, mahasiswa UKI yang marah kampusnya dibakar membalas lemparan bom molotov ke arah YAI. Alhasil, gedung FIKOM YAI sempat terbakar sebelum akhirnya berhasil dipadamkan oleh mahasiswa.Pukul 21.00 akhirnya api mulai padam. Petugas kepolisian pun mengevakuasi mahasiswa YAI yang sedang berkuliah untuk kembali pulang. Sampah-sampah bekas tawuran pun dibersihkan.
Teori psikologi pendidikan :
E.L thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Bukan kah teori yang di mukakan thorndike dapat di pakai untuk menamkan penalaran untuk mahasiswa atau siswa lainnya yang selalu melakukan tawuran. Para pengajar seharusnya lebih pintar dalam mengambil alih agar anak didik selalu mengalihkan hal-hal merusak seperti kasus di atas.
Teori pendidikan kaluarga :
Keluarga harus tidak pernah putus untuk memberi motivasi atau dorongan untuk melangkah lebih baik.setelah keluarga tahu permasalahan yang terjadi,mungkin mereka lebih mencari tahu penyebab mereka termotivasi untuk melakukan hal negatife seperti hal tersebut. Kita ketahui mungkin lebih banyak dilakukan karena ingin balas dendam dan lebih utama karena tingkat emosional yang tinggi. Keluarga harus lebis bisa melakukan pendekatan kepada sesama keluarga.
Teori bimbingan sekolah :
Mereka lebih membantu dengan membimbing anak didik dengan cara lebih mengobservasi insentif mereka. Besar motivasi mereka dan lebih dapat mengatasi dengan arah yang dapat merubah perilaku membahayakan.
Daftar Pustaka :
Santrock, J.W. 2010. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana