Rabu, 26 September 2012

Mengaitkan Fungsi Umum Teori Belajar dengan Pengalaman serta Perspektif Psikologis Tentang Faktor-Faktor Utama dalam Belajar



Fungsi Umum Teori Belajar dan Pengalaman

Fungsi
Contoh
Sebagai Kerangka Riset
Ketika mengaji, Saya dan teman-teman biasanya di berikan tugas 1 hapalan surat oleh guru ngaji. Saat melafalkan surat tersebut sudah pasti harus sesuai dengan Tadjwidnya, agar tidak ada kesalahan dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan, sehingga menjadi suatu bacaan yang baik. Begitu pula sebaliknya jika kami melafalkan Al-quran tidak memperhatikan Tadjwidnya maka tidak akan mendatangkan bacaan yang baik.
Memberikan kerangka organisasi untuk item-item informasi
Saat di berikan tugas kelompok di setiap mata kuliah, kami akan membagi tugas-tugas tersebut agar mempermudah kami dalam pengerjaannya.
Mengidentifikasi sifat dari peristiwa yang kompleks
Sebelum saya memilih kuliah jurusan psikologi, saya menggaggap bahwa jurusan tersebut nantinya belajar mendengarkan curhatan orang saja. Namun setelah saya menjalani kuliah di psikologi saya mengubah pemikiran saya ternyata di psikologi itu kita akan mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.
Mereorganisasi pengalaman sebelumnya
Saya sangat suka dengan dunia seni, tidak terkecuali dunia tarik suara. Di kampus saya bergabung dengan tim paduan suara di fakultas. Pelatih paduan suara kami terkenal sangat galak dan disiplin orangnya, awalnya saya segan dan tidak berani berbicara dengannya. Saat pembagian suara untuk benyanyi, saya tidak hadir dan hal ini mengharuskan saya berkonsultasi dengannya. Tidak seperti yang selama ini dikatakan orang, pelatih sangat galak. Setelah saya berbicara langsung dengannya, Ternyata pelatih orangnya sangat ramah dan mengayomi.
Bertindak sebagai penjelasan kerja dari peristiwa
Smashblast Medan merupakan Fanbase SM*SH dari kota medan. Saya adalah salah satu anggota dari fanbase tersebut. Saat pertama kali di bentuk fanbase ini belum memiliki struktur yang jelas. Sesuai dengan teori Organisai bahwa Organisasi harus memiliki proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan, dan pemeliharaan suatu  struktur atau pola hubunngan kerja dari orang-orang dalam suatu kerja kelompok. Di sini saya dan teman-teman mengaplikasikannya untuk memperjelas struktur dari fanbase kami.

Uraian dan Kaitan
Prespektif Psikologis Tentang Faktor-Faktor Utama dalam Belajar

1.      Perspektif Behavioris
Pengkondisian klasik membahas refleks dan reaksi emosi sederhana, dikaitkan dengan pengalaman saya dengan pelatih paduan suara yaitu sudah terpengaruh dengan perkataan orang sebelum membuktikannya secara langsung

2.      Perspektif Kognitif
Teori kognitif merupakan teori belajar yang melibatkan proses penerimaan informasi dan problem solving, dikaitkan dengan pengalaman saya dengan teman kelompok yang membagi pengerjaan tugas.

3.      Perspektif Interaksionis
Dalam perspektif ini dikatakan kita cenderung dipengaruhi oleh model dan faktor lingkungan, dikaitkan dengan pengalaman saya Saat bergabung dengan Fanbase smashblast medan dan membangun smashblast medan sama seperti fanbase-fanbase yang ada yaitu membentuk struktur organisasinya dengan baik.

4.      Teori Perkembangan Interaksionis
melibatkan persepsi, dikaitkan dengan pengalaman saya ketika mengaji yaitu harus memperhatikan tajwid agar menghasilkan bacaan yang baik dan ketika masuk fakultas Psikologi yang merubah persepsi saya mengena psikologi



Mind Map Bab 1 Tinjauan


Minggu, 16 September 2012

Kesimpulan Kelompok Mengenai Analisis Pengalaman menggunakan Teori Belajar Skinner

Kelompok 5

Lisa Chairani                  10-015
Juannita Sari Br. Tarigan 10-019
Chistian Yosie                10-099
Christin Siahaan             10-107


Kesimpulan yang kami peroleh setelah melakukan diskusi dan membuat tugas individu mengenai pengalaman pribadi yang kemudian dianalis menggunakan teori belajar dari skinner dimana seperti yang kita ketahui bahwa teori umum dari Skinner adalah Skinner Box, yaitu dimana seekor tikus disetrum dengan tegangan rendah, apabila tikus menyentuh dinding kotak setrum maka tegangan akan dihilangkan (dihentikan). Respon menyentuh tembok akan diperkuat (tikus makin sering menyentuh tembok) karena respon ini akan menghentikan setrum. Dalam situasi itu, setrum adalah stimulus diskriminatif , responnya adalah menyentuh tembok dan penguatnya adalah penghentian setrum, secara spesifik, penguat negative didefenisikan sebagai stimulus pengurangan atau penghilangan yang memperkuat perilaku (Skinner, 1989, h 127; Margaret learning and instruction, h128).
Seperti contoh pengalaman individu kelompok kami yaitu perilaku yang terjadi semua dikarenakan stimulus, dan ketika stimulus diberikan respon maka respon tersebut akan meningkat serta mengubah perilaku dengan penguat positif ataupun negatif (Dengan kata lain stimulus diskriminatif (SD), Respon (R), dan Stimulus penguat (S reinf)) yang diasumsikan sebagai tipe penguatan akhir, hal ini di karenakan adanya stimulus diskriminatif dalam kehidupan sehari hari. Stimulus diskriminatif tersebut membuat kita akan merespon stimulus tersebut serta mengakibatkan kita memperoleh konsekuesi sesuai dengan respon yang kita berikan. Konsekuensi tersebut nantinya yang akan menjadi penguat perilaku kita. Kita memperkuat atau meningkatkan frekuensi perilaku yang postif atau negatif tergantung kepada konsekuensi yang kita dapatkan dari hasil stimulus respon yang kita lakukan sebelumnya. 

Jika dikaitkan dengan pembelajaran, hal ini terkadang bagus untuk dijadikan pendekatan bagi anak-anak, yaitu untuk menghasilkan perilaku yang kita inginkan dari anak-anak seperti rajin belajar, tidak nakal, dll kita bisa membuat stimulus diskriminatif yang bisa menghasilkan perilaku baru atau menghasilkan perilaku yang kita inginkan dari anak tersebut, seperti diberi permen jika tugasnya sudah selesai, di beri reward jika meraih juara, tidak di beri hadiah jika tidak meraih juara, dsb. Mungkin hal ini akan direspon baik oleh anak, dan alhasil, respon yang diberikan oleh anak menghasilkan perilaku baru atau perilaku yang kita inginkan, kemudian konsekuensi yang diperoleh nantinya akan memberikan sebuah penguatan bagi perilaku anak tersebut. Dia akan terus melakukan hal yang sama jika stimulus dan konsekuensi yang didapatkan oleh anak sama. Tapi hal ini juga akan mengalami masalah, karena anak belajar bukan karena keinginan pengetahuan mereka sendiri tapi karena ada sesuatu yang ingin mereka dapatkan (konsekuensinya).