Selasa, 11 September 2012

Pengkondisian Berpenguat Skinner

  
 Kelompok 5

Lisa Chairani                  10-015
Juannita Sari Br. Tarigan 10-019
Christian Yosie               10-099
Cristin Siahaan               10-107

Penguatan Berpenguat Skinner
Bayi mengocok mainan, anak lari dengan satu roda, dan ilmuan mengoprasikan siklotron-semuanya diperkuat oleh hasil (Siknner, 1968b, h.153). Risetnya mengindikasikan bahwa keluaran yang dihasilkan oleh suatu respon adalah peristiwa penting yang mengubah perilaku (Skinner, 1953).
Prinsip-prinsip Belajar
Defenisi belajar : pertama Skinner (1950) belajar sebagai perubahan perilaku. Belajar bukan melakukan tapi balajar adalah mengubah apa yang kita lakukan(Skinner, 1989a, h.15).
Kunci memahami perilaku kompleks : memahami kejadian dan proses yang menyebabkan proses respon yang diberikan. Respon-respon ini tidak secara otomatis diasosiasikan dengan stimulus tertentu. Respon itu bisa muncul dibanyak situasi berbeda. Respon yang dimunculkan diberlakukan pada lingkunagn untuk menghasilkan jenis konsekuensi yang berbeda yang mempengaruhi hewan atau manusia, untuk mengubah perilaku dimasa depan. 3 komponen pentng yang diturunkan Skinner dari paradigma Thorndike adalah :
1.      stimulus diskriminatif
2.      respon
3.      stimulus penguat
Stimulus diskriminatif adalah stimulus yang secara konsisten hadir saat suatu respon memproduksi konsekuensi yang menguatkan. Stimuli diskriminatif sering kali berupa kejadian lingkungan dan pernyataan verbal dari orang lain.
Kategori penguat :
Ada 3 pengklasifikasian penguatan umum :
1.      penguat primer dan skunder
2.      penguat umum
3.      penguatan positif atau negatif
Pertama penguat primer dan skunder. Penguat primer : penguat dalam kondisi tepat, dapat meningkatkan frekuensi perilaku tanpa pelatihan. Penguat sekunder : mendapatkan kekuatan penguatan melalui asosiasi dengan kejadian yang telah berfungsi sebagai penguat.
Kedua penguat umum : penguat yang berfungsi dalam berbagai situasi, biasanya ada 2  penguat yang digeneralisasikan 1. Penguatan sosial, 2. Manipulasi penguatan fisik.
Ketiga penguatan positif atau negatif : konsekuensi penguatan berfungsi. Istilah lain untuk penguatan negatif : pengondisian penghindaran karena perilaku mempengaruhi penghindaran dari stimuli penolakan yang diperkuat. Akan tetapi dibanyak situasi, baik itu penguatan positif maupun penguatan negatif berfungsi memperkuat perilaku.
Sifat belajar yang Kompleks
Ada 4 faktor dalam penguasaan pola perilaku :
1.      pembentukan
2.      jadwal penguatan
3.      konsep penguatan negatif
4.      perilaku yang diatur peraturan
Pembentukan : terdiri dari serangkaian stimuli diskriminatif dan penggunaan untuk perubahan respon yang halus. Penguatan dan kegunaan negatif : keuntungan dari penguatan rasio-variabel adalah mempertahankan perilaku dari pelenyapan ketika penguatan jarang.  Tapi jika penguatan menimbulkan kerusakan dinamakan kegunaan negatif, contohnya : kecanduan berjudi.  Perubahan perilaku terjadi karena diperkuat pada masa lalu. Perilaku seperti itu disebut perilaku yang diatur peraturan, tapi berbeda dengan perilaku yang diatur kemungkinan. 
 
Prinsip Pembelajaran
Sistem pendidikan adalah sangat penting karena kesejahteraan setiap budaya tergantung pada pendidikan. Skinner berpendapat bahwa sekolah merupakan salah satu perubahan untuk melakukan penyesuaian kecil terhadap situasi yang ada. Skinner juga membagi beberapa aspek penting dari pembelajaran yaitu transfer kontrol stimulus dimana guru menunjukkan contoh perilaku dan siswa menirukannya. Dalam perencanaan pembelajaran untuk membentuk perilaku langkah pertama yaitu menspesifikasikan dengan jelas perilaku yang hendak dipelajari kemudian mengidentifikasi keterampilan awal dari pemelajar. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan serangkaian penguatan untuk perilaku agar makin baik. Skinner juga mengukapkan bahwa mesin pengajaran awal harus memberikan penguatan untuk konsekuensi langsung, Skinner menganggap komputer sebagai mesin pengajaran yang paling ideal tetapi skinner juga memperingatkan bahwa program komputer dapat merugikan siswa karena malah dapat mengalihkan perhatian siswa dari belajar. 
Aplikasi dalam pendidikan
Metodologi skinner menjadi sangat populer seprti halnya dengan behaviorimse watson pada tahun 1920 an. Tetapi, popularitasnya yang cepat menimbulkan banyak kesalahan aplikasi dari prinsip-prinsipnya. Banyak program manajemen behavioral yang muncul adalah kombinasi dari pengkondisian berpengaruh dengan metode lain.  Misalnya, banyak program menggunakan prosedur time out dan response cost.
Time out itu sendiri merupakan waktu mengasingkan individu untuk sementara waktu dari latar yang memberikan penguatan.
Response cost itu sendiri merupakan menghilangkan penguat karena perilaku yang salah dan mengharuskan pembayaran denda.  Kedua teknik ini merupakan penghilangan penguat, mereka adalah sebentuk hukuman dan hal ini nantinya menimbulkan efek samping yaitu emosi negatif.
Selain hal ini, banyak materi individual untuk perilaku verbal meniru format stimulus-respons-tanggapan daro pengajaran terprogram tetapi tidak meniru substansinya. Materi-materibuku ajar yang sering kita lihat yang berisi soal melengkapi kalimat todak akan membentuk perilaku verbal. Kekecewaan para pendidik teradap program yang dikembangkan dengan buruk dan kekakuan mesin pengajaran menyebabkan menurunnya gerakan pengajaran terprogram.
Salah satunya yaitu program token econommy yang dibuat untuk manajemen behavioral di kelas sering hanya fokus pada perilaku yang remeh, yang menimbulkan pendapat bahwa metodologi ini aplikasinya terbatas.
DISTAR, merupakan program komersial yang dikembangkan pada 1960 an yang berfungsi untuk mengajarkan membaca, masih sukses untuk anak-anak yang berisiko. Sekarang program itu lebih dikenal SRA reading mastery. Program ini sangat terstruktur dimana anak-anak diajari sesuai dengan level keterampilan mereka masing-masing.
                                            
Isu isu kelas
Pendekatan B.F.Skinner lebih mengacu kepada konsep-konsep yang bertanggung jawab atas perubahan perilaku. Oleh karena itu isu-isu yang penting yang dibahas merupakan isu isu yang mengenai perilaku atau sebagai stimuli yang menimbulkan perubahan perilaku.
Karakteristik pemelajar
Perilaku tertentu yang dibawa siswa ke situasi belajar dan perilaku itu sendiri mempengaruhi siswa itu sendiri untuk memperoleh perilaku baru.
-          Perbedaan individual
Menurut Skinner, perbedaan individual dalam perilaku siswa  berasal dari :
a.       Bakat genetik organisme
b.      Sejarah penguatan teretentu.
Contohnya :
Perilaku individu yang megalami retardasi mental adalah hasil dari warisan genetik. Namun beberapa program terencana dapat mengembangkan keterampilan baru.
Menurut Skinner, kontingensi penguatan yang defektif dalam pengalaman individu akan menyebabkan kegagalan bagi individu itu sendiri dalam memperleh berbagai keterampilan perilaku.
Contohnya :
Irama  à beberapa individu ( ahli ketik dan musisi ) berad dibawah pengaruh penguat yang menghasilkan pengaturan tempo yang halus. Namun perkembangan keterampilan ini dan keterampilan lainnya yang mempengaruhi pilihan karir, minat artistik, dan partisipasi dalam olahraga, biasanya yang tidak direncanakan. Namun, keterampilan yang oenting yang memberikan kontribusi pada perbedaan individual dapat diajarkan.
                Kesiapan belajar :
                Kesiapan adalah pembendaharaan perilaku yang dibawa siswa kedalam situasi belajar
Konsep kesiapan yang diinterpretasikan sebagai level usia atau kematangan tidak akan banyak membantu dalam menentukan ada atau tidaknya keterampilan yang penting. Studi perkembangan mungkin mengindikasikan sejauh mana perkembangan intelektual anak di dalam jadwal peristiwa.
Motivasi :
Perilaku yang megilustrasikan minat, antusiasme, apresiasi, atau dedikasi.
Seseorang yang dikatakan memiliki motivasi atau termotivasi adalah seseorang seperti siswa yang rajin dan bersemangat, inidvidu yang menikmati “membaca buku yang baik” dan ilmuwan yang berjam-jam di laboratorium. Aktivitas yang tetap dilakuakan tanpa danya pemberian penguatan yang nyata bukanlah hasil dari kontigensi alamiah. Kita tidak belajar membaca karena kita tidak menikmati buku yang menarik. Konsekuensi alamiah yang luas ini tidak cukup untuk mengembangkan dan mempertahankan perilaku yang berdidikasi . dedikasi itu sendiri merupakan hasil dari pengungkaoan atas penguatan variabel-rasio yang ditingkatkan secara bertahap.  Mula-mula individu menerima imbalan langsung atas keterlibatannya dalam suatu aktivitas kemudian penguatan ini secara perlahan diperjelas sampai aktivitas itu sendiri menjadi penguat sekunder.
Proses kognitif dan pengajaran .
Transfer belajar :
Eksperimen Thorndike dan Watson mengindikasikan bahwa tingkat kemiripan atas tugas yang telah diberikan sebelumnya dan sekarang ikut memberikan pengaruh pada kinerja siswa.
Contoh :
Belajar bermain piano, yang dikatakan meningkatkan performa dalam memainkan instrumen lain. Menurut Skinner sendiri, ketika latihan di satu area keterampilan meningkatkan performa di area lain, elemen yang sama diperkuat.
Belajar bagaimana cara belajar  :
Ketika anak merespons properti stimulus tertentu, responsnya berada di bawah kendali stimuli.  Perilaku tertentu yang biasanya diidentifikasikan dengan pemikiran harus dianalisis dan diajarkan . perilaku itu adalah perilaku manajemen dari intelektual yang oleh Skinner disebut perilaku sebelumnya.  Perilaku ini didefinisikan sebagai perilaku yang mempengaruhi perilaku akan merespons perubahan lingkungan atau mengubah pemelajar sehingga respons yang efektif menjadi dimungkinkan. Perilaku itu juga bersifat tertutup atau tersembunyi        (covert). Perilaku itu adalah kejadian privat yang tidak dapat dilihat. Termasuk di dalamnya adalah :
a.       Mereview fitur dari masalah tertentu atau menghitung jawaban matematika didalam hati.
b.      Visualisasi masalah atau situasi di mata pikiran ( penglihatan tersembunyi )
Respons “precurrent” lainnya adalah :
a.       Memerhatikan stimuli,
b.      Menggaris bawahi ide-ide penting dalam materi teks
c.       Menggunakan perangkat mnemonic atau petunjuk lain untuk mengingat ide-ide penting, dan
d.      Menata ulang elemen-elemen didalam suatu situasi masalah sehingga solusinya bisa lebih mungkin diperoleh.
Mengajarkan pemecahan masalah  :
Secara formal, pemecahan masalah didefenisikan sebagai “setiap perilaku yang, melalui manipulasi variabel-variabel, menyebabkan kemunculan solusi lebih dimungkinkan. “kesulitan” suatu masalah bergantung pada adanya respons dalam pengulangan subjek yang memecahkan masalah. Jika tidak ada respons yang segera tersedia, masalahnya menjadi sulit.  Untuk memaksimalkan kemungkinan respons ( solusi  ) , individu harus mengubah situasi sehingga dia dapat merespons dengan tepat. Langkah-langkah yang dapat diambil antara lain :
a.       Me-review masalah secara hati-hati dan mengklarifikasi kesulitan
b.      Menata ulang atau mengelompokkan ulang komponen-komponen masalah
c.       Mencari kemiripan antara masalah dengan masalah lain yang tekah dipecahkan.
Individu belajar memecahkan masalah secara efektif dengan memanipulasi stimuli  dan menerima penguatan untuk perilaku itu. Penguatan untuk manipulasi situasi masalah yang efektif akan mengurangi terjadinya kengawuran atau respons coba-coba terhadap masalah.
Implikasi untuk assessment
Fokus dari pengkondisian berpenguat adalah perubahan behavioral dan di kelas, penekanan ini sering berati adanya perilaku verbal. Seperti yang kita tahu, pada tahun awal-awal sekolah biasanya anak belajar membaca dan memcahkan soal aritmatika, belajar mengeja dan menyatakan makna dari kata baru, baik dalam bahas ibunya atau bahasa asing. Dengan kata lain anak mampu merespons situasi yang berbeda dengan respons verbal yang tepat. Selain itu, perilaku verbal pemelajar harus menjadi independen dari petunjuk dan dorongan yang menfasilitasi tahap awal akuisisi.
Ada tiga implikasi bagai asesmen kelas yaitu :
Pertama :
Respons yang dikonstruksi siswa adalah sesuatu yang penting untuk menentukan perubahan perilaku.  Pertanyaan pilihan ganda tidak teoat karena pengenalan jawaban yang benar tidak sama dengan mengkonstruksi respons. Alih-aluh memberikan pertanyaan kepada siswa tentang definisi dari kepadatan penduduk, yang diikuti dengan empat pilihan jawaban, pertanyaannya sebaiknya meminta siswa untuk mendefinisikan istilah itu dengan kalimatnya sendiri. Begitu juga dengan butir-butir yang memberikan pilihan bacaan satu sampai tiga paragraf yang diikuti dengan pertanyaan pilihan berganda adalah bukan asesmen yang mendukung penilaian terhadao pemahaman bacaan. Beberapa peserta kemungkinan akan langsung melihat jawaban tanpa membaca pilihan itu dan kemudian mencari jawaban di paragraf. Dan sebaliknya, soal esai atau menceritakan kembali, dimana pemelajar merekonstruksi dan mengurutkan elemen-elemen adalah hal yang lebih tepat untuk dilaksanakan.
Kedua :
Konsep pembentukan perilaku dari yang sederhana menuju yang kompleks mengimplikasikan setidaknya penilaian informal dengan umpan balik sebagai kemajuan belajar. Misalnya saat anak belajar membaca mereka harus punya banyak kesempatan untuk membacakan teks didepan guru atau mendapat pendampingan guru.
Ketiga :
Transfer kontrol stimulus adalah prasayarat untuk perubahan behavioral. Untuk menentukan perubahan perilaku asesmen harus merefleksikan persyaratan ini dan independen dari petunjuk belajar. Syarat ini adalah alasan dari mengapa pertanyaan pilihan berganda tidak tepat. Perilaku memecahkan masalah karenanya tidak boleh dinilai dalam situasi yang sama  dengan yang dipakai selama belajar.
Konteks sosial untuk belajar
Penguat yang membutuhkan mediasi dari orang lain disebut sebagai penguat sosial. Kelompok ini sendiri mencakup penguat positif dari perhatian, persetujuan dan afeksi. Dan stimuli aversif dari ketidaksetujuan, hinaan, ejekan, dan pelecehan.  Dalam latar sosial, relasi antar stimuli , respons, dan penguat adalah dinamis sekaligus resiprokal. Misalnya dua anak didalam satu ruang dengan sedikit mainan situsi ideal untuk membentuk perilaku yang mementingkan diri.
Perilaku di kelas juga merupakan produk dari kontingensi yang terus berlangsung dan kompleks, mencakup situasi dimana guru dan murid saling memperkuat baik secara positif maupun negatif. Jika seorang siswa tidak dihukum oleh kawannya karena menjawab pertanyaan guru dan diperkuat oleh guru, dia akan menjawab sesering mungkin. Jika guru hanya memanggil siswa yang tangannya diacungkan, siswa akan mengacungkan tangan. Demikian pula, guru yang diperkuat oleh jawaban yang benar akan memanggil siswa yang tanganya di acungkan. Namun sebaliknya, guru yang diperkuat oleh jawaban yang salah akan melakukan kontrol aversif dan mereka biasanya memanggil siswa yang tidak mengacungkan tangannya.
Karena itu, dalam merancang lingkungan kelas untuk memodifikasi perilaku harus mempertimbangakan pengetahuan timbal balik dari latar sosial.
Kaitan dengan perspektif lain
Perilaku pengkondisian lebih membahas perilaku ketimbang pengetahuan atau keadaan internal : bukti dari belajar adalah perubahan perilaku.  Tindakan siswa seperti memberi kontribusi secara verbal untuk wacana ilmiah, memanipulasi dan mengolah objek  atau mengamati penguatan yang diterima orang lain bukan indikator dari belajar kecuali itu semua merupakan perilaku baru.
Aplikasi pengkondisian berpenguat untuk prioritas perspektif teoretis lain terletak pada implementasi penguatan untuk mengembangkan perilaku yang kompleks. Contohnya adalah meoerkuat penjelasan anak tentang langkah-langkah pemecahan masalah mereka dan mendengarkan dengan perhatian pada strategi lain, mengembangkan kegigihan dalam menyelesaikan tugas akademik dan memantau sendiri proses belajar seseorang.
Analisis berpenguat terhadap diskusi instrinsik atau ekstrinsik.
Pada awal 1970 an ada dua eksperimen untuk mengeksplorasi efek dari pemberian imbalan pada anak-anak sekolah perawatan yang melakukan aktivitas sebelumnya mereka lakukan secara spontan pada waktu bebas.  Setiap anak dibawa ke ruang eksperimen secara sendiri-sendiri dan diminta menggambar beberapa lukisan untuk orang penting yang berkunjung ke sekolah.  Dalam kondisi eksperimental enam menit, beberapa anak juga diberitahu mereka akan mendapatkan sertifikat Good player. Dalam situasi yang lain, anak hanya menerima sertifikat atau diberi ucapan terima kasih. Periset mengatakan bahwa observasi pasca sesi eksperimen mengindikasikan bahwa persentase rata-rata waktu pilihan bebas yang dihabiskan untuk melukis oleh anak yang diberitahu tentang peghargaan secara signifikan  lebih sedikit ketimbang dua kelompok anak lainnya.  Namun, karena tidak ada data dasar untuk waktu bebas yang dihabiskan si anak, tidak bisa dibuat inferensi atau kesimpulan tenatng penurunan atau penambahan. Periset secara kerilu menyimpulkan bahwa penawaran dan pemberian sertifikat akan melemahkan minat anak dalam aktivitas itu dan sekolah seharusnya menghindari imbalan ekstrinsik itu.
Pertama :
Menurut pengkondisian berpenguat, tawaran sertifikat dan penerimaan kondisi itu oleh isi anak untuk ativitas menggambar itu merupakan kontrak pra eksperimen antar periset dengan anak.
Kedua :
Dengan tidak adanya data basis mengenai waktu bebas yang dipakai untuk mewarnai, tidak bisa diambil kesimpulann tentang apakah waktu menggambar pasca eksperimen bertambah atau berkurang .
Ketiga :
Contoh ini merupakan salah satu implementasi dari keluaran tertentu, sedangkan oerubahan perilaku biasanya melibatkan lebih dari satu sekuensi stimulus diskriminasi respons keluaran.
Keempat :
Perilaku gigih yang dilakukan tanpa adanya penguat yang nyata adalah berada di bawah kontrol stimuli diskrimintaif interna dan atau penguat natural.
Terakhir :
Guru tidak meimplementasikan penguat konkret untuk ativitas dimana siswa sudah menunjukkan minatnya.
Mengembangkan strategi kelas.
Guru dapat menggunakan prinsip-prinsip Skinner dengan tiga cara :
a.       Menggunakan stimuli diskrimintaif dan penguatan dalam interaksi dalam kelas secara tepat.
b.      Implementasikan langkah-langkahh pembentukan didalam pengajaran
c.       Susun materi pengajaran yang diindividualisasikan .
Mengembangkan iklim kelas yang positif.
Pendekatan yang jelas seperti ketegasan tindakan, mungkin diperlukan dalam kelas yang sangat ribut. Namun, dalam hal ini guru dapat membuat transisi dari hukuman ke penguatan positif denagn satu perubahan sederhana – dengan merespons kesuksesan siswa ketimbang kegagalan siswa. Daripada menunjukkan apa kesalahan siswa  lebih baik  tunjukkan lah apa yang telah mereka lakukan dengan benar. Dan hasilnya nantinya akan berupa situasi kelas yang membaik dan pembelajaran yang lebih efisien.
Pengaplikasian teknologi yang dikembangkan oleh Skinner di kelas dapat menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
o   Langkah 1. Analisis lingkungan kelas sekarang
·         Apa perilaku siswa yang positif yang baru baru ini menerima penguatan di kelas? Apa perilaku negatifnya menerima penguatan?
·         Perilaku mana yang baru-baru ini dikenakan hukuman di kelas ?
·         Bagaimana frekuensi hukumannya?
o   Langkah 2. Buat daftar penguat positif potensial.
·         Apa aktivitas yang disukai siswa?
·         Manakah diantara perilaku yang kena hukuman seperti yang diidentifikasi dalam langkah sebelumnya yang dapat dipakai sebagai penguat?
·         Aktivitas mana yang anda lihat dalam latar alamiah yang mungkin berfungsi sebagai penguat positif untuk perilaku lain?
o   Langkah 3. Memilih sekuensi perilaku yang akan diimplementasikan awal di kelas.
·         Mana diantara perilaku yang dihukum yang diidentifikasi di langkah pertama yang jarang direkstrukturisasi dalam bentuk perilaku positif?
·         Mana diantara perilaku positif yang akan diidentifikasi di langkah pertama yang jarang terjadi?
·         Apa stimuli diskriminatif awal yang akan digunakan?
o   Langkah 4. Implementasikan sekuensi perilaku, menjaga catatan anekdotal dan membuat perubahan jika diperlukan.
·         Apakah aturan untuk perilaku kelas cukup jelas dan konsisten?
·         Apakah metode untuk mendapatkan penguatan cukup jelas dan apakah penguatan telah diberikan untuk perilaku yang sudah membaik.
·         Apakah setiap anak memiliki kesempatan untuk mendapatkan penguatan atas perubahan perilaku?
·         Setelah oerubahan perilaku awal, apakah penguatan diberikan setelah interval yang lama dan penguat lain juga diimplementasikan?

Pemrograman pengajaran
Langkah-langkah berikut ini direkomendasikan dalam mengembangkan program respon yang terstruktur :
o   Langkah 1. Identifikasi keterampilan akhir yang akan dikuasi dan menganalisis pokok pelajaran yang akan dipelajari.
·         Apa sifat dari perilaku akhir?
·         Apa istilah atau defenisi yang harus dipelajari untuk mendapatkan keterampilan itu?
·         Apa tipe contoh yang harus direspons siswa selama belajar ?
o   Langkah 2. Mengembangkan sekuensi frame awal dan konfirmasi respons.
·         Informasi apa yang harus ditempatkan dalam frame pertam untuk memicu respons?
·         Apa urutan respins logi yang dapat diharapkan dari siswa?
·         Apa sekuensi stimuli diskriminatif yang bergerak maju dari yang sedrhana ke yang kompleks yang dapat memebrikan transfer kontrol stimuli?
o   Langkah 3. Review sekuensi frame, tata ulang juga perlu
·         Apakah urutannya bergerak maju dari sedrhana ke kompleks?
·         Apakah dukungan secara bertahap dihilangkan dalam urutan itu ?
·         Apakah siswa memberi respons pada konten yang bermakna atau yang trivial
o   Langkah 4 . implementasikan pengajaran pada beberpa siswa dan revisi jika perlu.
·         Apakah ada siswa yang mengalami kesulitan dengan frame?
·         Apakah siswa melewati sistem frame, peroleh jawaban yang benar hanya dengan membaca bagian dari frame?
·         Apakh programnya menyebabkan penguasaan performa pada kriteria pascates?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar