Kelompok 5
Lisa Chairani 10-015
Juannita Sari Br. Tarigan 10-019
Christian Yosie 10-099
Cristin Siahaan 10-107
Penguatan Berpenguat Skinner
Bayi
mengocok mainan, anak lari dengan satu roda, dan ilmuan mengoprasikan
siklotron-semuanya diperkuat oleh hasil (Siknner, 1968b, h.153). Risetnya
mengindikasikan bahwa keluaran yang dihasilkan oleh suatu respon adalah
peristiwa penting yang mengubah perilaku (Skinner, 1953).
Prinsip-prinsip Belajar
Defenisi
belajar : pertama Skinner (1950) belajar sebagai perubahan perilaku. Belajar bukan
melakukan tapi balajar adalah mengubah apa yang kita lakukan(Skinner, 1989a,
h.15).
Kunci
memahami perilaku kompleks : memahami kejadian dan proses yang menyebabkan
proses respon yang diberikan. Respon-respon ini tidak secara otomatis
diasosiasikan dengan stimulus tertentu. Respon itu bisa muncul dibanyak situasi
berbeda. Respon yang dimunculkan diberlakukan pada lingkunagn untuk
menghasilkan jenis konsekuensi yang berbeda yang mempengaruhi hewan atau
manusia, untuk mengubah perilaku dimasa depan. 3 komponen pentng yang
diturunkan Skinner dari paradigma Thorndike adalah :
1. stimulus
diskriminatif
2. respon
3. stimulus
penguat
Stimulus
diskriminatif adalah stimulus yang secara konsisten hadir saat suatu respon
memproduksi konsekuensi yang menguatkan. Stimuli diskriminatif sering kali
berupa kejadian lingkungan dan pernyataan verbal dari orang lain.
Kategori penguat :
Ada
3 pengklasifikasian penguatan umum :
1. penguat
primer dan skunder
2. penguat
umum
3. penguatan
positif atau negatif
Pertama
penguat primer dan skunder. Penguat primer : penguat dalam kondisi tepat, dapat
meningkatkan frekuensi perilaku tanpa pelatihan. Penguat sekunder : mendapatkan
kekuatan penguatan melalui asosiasi dengan kejadian yang telah berfungsi
sebagai penguat.
Kedua
penguat umum : penguat yang berfungsi dalam berbagai situasi, biasanya ada
2 penguat yang digeneralisasikan 1. Penguatan
sosial, 2. Manipulasi penguatan fisik.
Ketiga
penguatan positif atau negatif : konsekuensi penguatan berfungsi. Istilah lain
untuk penguatan negatif : pengondisian penghindaran karena perilaku
mempengaruhi penghindaran dari stimuli penolakan yang diperkuat. Akan tetapi
dibanyak situasi, baik itu penguatan positif maupun penguatan negatif berfungsi
memperkuat perilaku.
Sifat belajar yang Kompleks
Ada
4 faktor dalam penguasaan pola perilaku :
1. pembentukan
2. jadwal
penguatan
3. konsep
penguatan negatif
4. perilaku
yang diatur peraturan
Pembentukan
: terdiri dari serangkaian stimuli diskriminatif dan penggunaan untuk perubahan
respon yang halus. Penguatan dan kegunaan negatif : keuntungan dari penguatan
rasio-variabel adalah mempertahankan perilaku dari pelenyapan ketika penguatan
jarang. Tapi jika penguatan menimbulkan kerusakan
dinamakan kegunaan negatif, contohnya : kecanduan berjudi. Perubahan perilaku terjadi karena diperkuat
pada masa lalu. Perilaku seperti itu disebut perilaku yang diatur peraturan,
tapi berbeda dengan perilaku yang diatur kemungkinan.
Prinsip Pembelajaran
Sistem
pendidikan adalah sangat penting karena kesejahteraan setiap budaya tergantung
pada pendidikan. Skinner berpendapat bahwa sekolah merupakan salah satu
perubahan untuk melakukan penyesuaian kecil terhadap situasi yang ada. Skinner
juga membagi beberapa aspek penting dari pembelajaran yaitu transfer kontrol
stimulus dimana guru menunjukkan contoh perilaku dan siswa menirukannya. Dalam
perencanaan pembelajaran untuk membentuk perilaku langkah pertama yaitu
menspesifikasikan dengan jelas perilaku yang hendak dipelajari kemudian
mengidentifikasi keterampilan awal dari pemelajar. Dengan demikian diharapkan
dapat memberikan serangkaian penguatan untuk perilaku agar makin baik. Skinner
juga mengukapkan bahwa mesin pengajaran awal harus memberikan penguatan untuk
konsekuensi langsung, Skinner menganggap komputer sebagai mesin pengajaran yang
paling ideal tetapi skinner juga memperingatkan bahwa program komputer dapat
merugikan siswa karena malah dapat mengalihkan perhatian siswa dari belajar.
Aplikasi dalam
pendidikan
Metodologi skinner menjadi sangat populer seprti halnya
dengan behaviorimse watson pada tahun 1920 an. Tetapi, popularitasnya yang
cepat menimbulkan banyak kesalahan aplikasi dari prinsip-prinsipnya. Banyak
program manajemen behavioral yang muncul adalah kombinasi dari pengkondisian
berpengaruh dengan metode lain.
Misalnya, banyak program menggunakan prosedur time out dan response
cost.
Time out itu sendiri merupakan waktu mengasingkan individu
untuk sementara waktu dari latar yang memberikan penguatan.
Response cost itu sendiri merupakan menghilangkan penguat
karena perilaku yang salah dan mengharuskan pembayaran denda. Kedua teknik ini merupakan penghilangan
penguat, mereka adalah sebentuk hukuman dan hal ini nantinya menimbulkan efek
samping yaitu emosi negatif.
Selain hal ini, banyak materi individual untuk perilaku
verbal meniru format stimulus-respons-tanggapan daro pengajaran terprogram
tetapi tidak meniru substansinya. Materi-materibuku ajar yang sering kita lihat
yang berisi soal melengkapi kalimat todak akan membentuk perilaku verbal.
Kekecewaan para pendidik teradap program yang dikembangkan dengan buruk dan
kekakuan mesin pengajaran menyebabkan menurunnya gerakan pengajaran terprogram.
Salah satunya yaitu program token econommy yang dibuat untuk
manajemen behavioral di kelas sering hanya fokus pada perilaku yang remeh, yang
menimbulkan pendapat bahwa metodologi ini aplikasinya terbatas.
DISTAR, merupakan program komersial yang dikembangkan pada
1960 an yang berfungsi untuk mengajarkan membaca, masih sukses untuk anak-anak
yang berisiko. Sekarang program itu lebih dikenal SRA reading mastery. Program
ini sangat terstruktur dimana anak-anak diajari sesuai dengan level
keterampilan mereka masing-masing.
Isu isu kelas
Pendekatan B.F.Skinner lebih mengacu kepada konsep-konsep
yang bertanggung jawab atas perubahan perilaku. Oleh karena itu isu-isu yang
penting yang dibahas merupakan isu isu yang mengenai perilaku atau sebagai
stimuli yang menimbulkan perubahan perilaku.
Karakteristik
pemelajar
Perilaku tertentu yang dibawa siswa ke situasi belajar dan
perilaku itu sendiri mempengaruhi siswa itu sendiri untuk memperoleh perilaku
baru.
-
Perbedaan individual
Menurut Skinner, perbedaan individual dalam
perilaku siswa berasal dari :
a.
Bakat genetik organisme
b.
Sejarah penguatan teretentu.
Contohnya :
Perilaku individu yang megalami
retardasi mental adalah hasil dari warisan genetik. Namun beberapa program
terencana dapat mengembangkan keterampilan baru.
Menurut Skinner, kontingensi
penguatan yang defektif dalam pengalaman individu akan menyebabkan kegagalan
bagi individu itu sendiri dalam memperleh berbagai keterampilan perilaku.
Contohnya :
Irama à
beberapa individu ( ahli ketik dan musisi ) berad dibawah pengaruh penguat yang
menghasilkan pengaturan tempo yang halus. Namun perkembangan keterampilan ini
dan keterampilan lainnya yang mempengaruhi pilihan karir, minat artistik, dan
partisipasi dalam olahraga, biasanya yang tidak direncanakan. Namun,
keterampilan yang oenting yang memberikan kontribusi pada perbedaan individual
dapat diajarkan.
Kesiapan
belajar :
Kesiapan
adalah pembendaharaan perilaku yang dibawa siswa kedalam situasi belajar
Konsep kesiapan yang
diinterpretasikan sebagai level usia atau kematangan tidak akan banyak membantu
dalam menentukan ada atau tidaknya keterampilan yang penting. Studi
perkembangan mungkin mengindikasikan sejauh mana perkembangan intelektual anak
di dalam jadwal peristiwa.
Motivasi :
Perilaku yang megilustrasikan
minat, antusiasme, apresiasi, atau dedikasi.
Seseorang yang dikatakan memiliki
motivasi atau termotivasi adalah seseorang seperti siswa yang rajin dan
bersemangat, inidvidu yang menikmati “membaca buku yang baik” dan ilmuwan yang
berjam-jam di laboratorium. Aktivitas yang tetap dilakuakan tanpa danya
pemberian penguatan yang nyata bukanlah hasil dari kontigensi alamiah. Kita
tidak belajar membaca karena kita tidak menikmati buku yang menarik. Konsekuensi
alamiah yang luas ini tidak cukup untuk mengembangkan dan mempertahankan
perilaku yang berdidikasi . dedikasi itu sendiri merupakan hasil dari
pengungkaoan atas penguatan variabel-rasio yang ditingkatkan secara bertahap. Mula-mula individu menerima imbalan langsung
atas keterlibatannya dalam suatu aktivitas kemudian penguatan ini secara
perlahan diperjelas sampai aktivitas itu sendiri menjadi penguat sekunder.
Proses kognitif
dan pengajaran .
Transfer belajar :
Eksperimen Thorndike dan Watson mengindikasikan
bahwa tingkat kemiripan atas tugas yang telah diberikan sebelumnya dan sekarang
ikut memberikan pengaruh pada kinerja siswa.
Contoh :
Belajar bermain piano, yang
dikatakan meningkatkan performa dalam memainkan instrumen lain. Menurut Skinner
sendiri, ketika latihan di satu area keterampilan meningkatkan performa di area
lain, elemen yang sama diperkuat.
Belajar bagaimana cara belajar :
Ketika anak merespons properti
stimulus tertentu, responsnya berada di bawah kendali stimuli. Perilaku tertentu yang biasanya
diidentifikasikan dengan pemikiran harus dianalisis dan diajarkan . perilaku
itu adalah perilaku manajemen dari intelektual yang oleh Skinner disebut
perilaku sebelumnya. Perilaku ini
didefinisikan sebagai perilaku yang mempengaruhi perilaku akan merespons
perubahan lingkungan atau mengubah pemelajar sehingga respons yang efektif
menjadi dimungkinkan. Perilaku itu juga bersifat tertutup atau tersembunyi (covert). Perilaku itu adalah kejadian
privat yang tidak dapat dilihat. Termasuk di dalamnya adalah :
a.
Mereview fitur dari masalah tertentu atau
menghitung jawaban matematika didalam hati.
b.
Visualisasi masalah atau situasi di mata pikiran
( penglihatan tersembunyi )
Respons “precurrent” lainnya
adalah :
a.
Memerhatikan stimuli,
b.
Menggaris bawahi ide-ide penting dalam materi
teks
c.
Menggunakan perangkat mnemonic atau petunjuk
lain untuk mengingat ide-ide penting, dan
d.
Menata ulang elemen-elemen didalam suatu situasi
masalah sehingga solusinya bisa lebih mungkin diperoleh.
Mengajarkan pemecahan masalah :
Secara formal, pemecahan masalah
didefenisikan sebagai “setiap perilaku yang, melalui manipulasi
variabel-variabel, menyebabkan kemunculan solusi lebih dimungkinkan.
“kesulitan” suatu masalah bergantung pada adanya respons dalam pengulangan
subjek yang memecahkan masalah. Jika tidak ada respons yang segera tersedia,
masalahnya menjadi sulit. Untuk
memaksimalkan kemungkinan respons ( solusi
) , individu harus mengubah situasi sehingga dia dapat merespons dengan
tepat. Langkah-langkah yang dapat diambil antara lain :
a.
Me-review masalah secara hati-hati dan
mengklarifikasi kesulitan
b.
Menata ulang atau mengelompokkan ulang
komponen-komponen masalah
c.
Mencari kemiripan antara masalah dengan masalah
lain yang tekah dipecahkan.
Individu belajar memecahkan
masalah secara efektif dengan memanipulasi stimuli dan menerima penguatan untuk perilaku itu.
Penguatan untuk manipulasi situasi masalah yang efektif akan mengurangi
terjadinya kengawuran atau respons coba-coba terhadap masalah.
Implikasi untuk assessment
Fokus dari pengkondisian
berpenguat adalah perubahan behavioral dan di kelas, penekanan ini sering
berati adanya perilaku verbal. Seperti yang kita tahu, pada tahun awal-awal
sekolah biasanya anak belajar membaca dan memcahkan soal aritmatika, belajar mengeja
dan menyatakan makna dari kata baru, baik dalam bahas ibunya atau bahasa asing.
Dengan kata lain anak mampu merespons situasi yang berbeda dengan respons
verbal yang tepat. Selain itu, perilaku verbal pemelajar harus menjadi
independen dari petunjuk dan dorongan yang menfasilitasi tahap awal akuisisi.
Ada tiga implikasi bagai asesmen
kelas yaitu :
Pertama :
Respons yang dikonstruksi siswa
adalah sesuatu yang penting untuk menentukan perubahan perilaku. Pertanyaan pilihan ganda tidak teoat karena
pengenalan jawaban yang benar tidak sama dengan mengkonstruksi respons.
Alih-aluh memberikan pertanyaan kepada siswa tentang definisi dari kepadatan
penduduk, yang diikuti dengan empat pilihan jawaban, pertanyaannya sebaiknya
meminta siswa untuk mendefinisikan istilah itu dengan kalimatnya sendiri.
Begitu juga dengan butir-butir yang memberikan pilihan bacaan satu sampai tiga
paragraf yang diikuti dengan pertanyaan pilihan berganda adalah bukan asesmen
yang mendukung penilaian terhadao pemahaman bacaan. Beberapa peserta
kemungkinan akan langsung melihat jawaban tanpa membaca pilihan itu dan
kemudian mencari jawaban di paragraf. Dan sebaliknya, soal esai atau
menceritakan kembali, dimana pemelajar merekonstruksi dan mengurutkan
elemen-elemen adalah hal yang lebih tepat untuk dilaksanakan.
Kedua :
Konsep pembentukan perilaku dari
yang sederhana menuju yang kompleks mengimplikasikan setidaknya penilaian
informal dengan umpan balik sebagai kemajuan belajar. Misalnya saat anak
belajar membaca mereka harus punya banyak kesempatan untuk membacakan teks
didepan guru atau mendapat pendampingan guru.
Ketiga :
Transfer kontrol stimulus adalah
prasayarat untuk perubahan behavioral. Untuk menentukan perubahan perilaku
asesmen harus merefleksikan persyaratan ini dan independen dari petunjuk
belajar. Syarat ini adalah alasan dari mengapa pertanyaan pilihan berganda
tidak tepat. Perilaku memecahkan masalah karenanya tidak boleh dinilai dalam
situasi yang sama dengan yang dipakai
selama belajar.
Konteks sosial untuk belajar
Penguat yang membutuhkan mediasi
dari orang lain disebut sebagai penguat sosial. Kelompok ini sendiri mencakup
penguat positif dari perhatian, persetujuan dan afeksi. Dan stimuli aversif
dari ketidaksetujuan, hinaan, ejekan, dan pelecehan. Dalam latar sosial, relasi antar stimuli ,
respons, dan penguat adalah dinamis sekaligus resiprokal. Misalnya dua anak
didalam satu ruang dengan sedikit mainan situsi ideal untuk membentuk perilaku
yang mementingkan diri.
Perilaku di kelas juga merupakan
produk dari kontingensi yang terus berlangsung dan kompleks, mencakup situasi
dimana guru dan murid saling memperkuat baik secara positif maupun negatif.
Jika seorang siswa tidak dihukum oleh kawannya karena menjawab pertanyaan guru
dan diperkuat oleh guru, dia akan menjawab sesering mungkin. Jika guru hanya
memanggil siswa yang tangannya diacungkan, siswa akan mengacungkan tangan.
Demikian pula, guru yang diperkuat oleh jawaban yang benar akan memanggil siswa
yang tanganya di acungkan. Namun sebaliknya, guru yang diperkuat oleh jawaban
yang salah akan melakukan kontrol aversif dan mereka biasanya memanggil siswa
yang tidak mengacungkan tangannya.
Karena itu, dalam merancang
lingkungan kelas untuk memodifikasi perilaku harus mempertimbangakan
pengetahuan timbal balik dari latar sosial.
Kaitan dengan perspektif lain
Perilaku pengkondisian lebih
membahas perilaku ketimbang pengetahuan atau keadaan internal : bukti dari
belajar adalah perubahan perilaku.
Tindakan siswa seperti memberi kontribusi secara verbal untuk wacana
ilmiah, memanipulasi dan mengolah objek
atau mengamati penguatan yang diterima orang lain bukan indikator dari
belajar kecuali itu semua merupakan perilaku baru.
Aplikasi pengkondisian berpenguat
untuk prioritas perspektif teoretis lain terletak pada implementasi penguatan
untuk mengembangkan perilaku yang kompleks. Contohnya adalah meoerkuat
penjelasan anak tentang langkah-langkah pemecahan masalah mereka dan
mendengarkan dengan perhatian pada strategi lain, mengembangkan kegigihan dalam
menyelesaikan tugas akademik dan memantau sendiri proses belajar seseorang.
Analisis berpenguat terhadap diskusi instrinsik atau ekstrinsik.
Pada awal 1970 an ada dua
eksperimen untuk mengeksplorasi efek dari pemberian imbalan pada anak-anak
sekolah perawatan yang melakukan aktivitas sebelumnya mereka lakukan secara
spontan pada waktu bebas. Setiap anak dibawa
ke ruang eksperimen secara sendiri-sendiri dan diminta menggambar beberapa
lukisan untuk orang penting yang berkunjung ke sekolah. Dalam kondisi eksperimental enam menit,
beberapa anak juga diberitahu mereka akan mendapatkan sertifikat Good player.
Dalam situasi yang lain, anak hanya menerima sertifikat atau diberi ucapan
terima kasih. Periset mengatakan bahwa observasi pasca sesi eksperimen
mengindikasikan bahwa persentase rata-rata waktu pilihan bebas yang dihabiskan
untuk melukis oleh anak yang diberitahu tentang peghargaan secara signifikan lebih sedikit ketimbang dua kelompok anak
lainnya. Namun, karena tidak ada data
dasar untuk waktu bebas yang dihabiskan si anak, tidak bisa dibuat inferensi
atau kesimpulan tenatng penurunan atau penambahan. Periset secara kerilu
menyimpulkan bahwa penawaran dan pemberian sertifikat akan melemahkan minat
anak dalam aktivitas itu dan sekolah seharusnya menghindari imbalan ekstrinsik
itu.
Pertama :
Menurut pengkondisian berpenguat,
tawaran sertifikat dan penerimaan kondisi itu oleh isi anak untuk ativitas
menggambar itu merupakan kontrak pra eksperimen antar periset dengan anak.
Kedua :
Dengan tidak adanya data basis
mengenai waktu bebas yang dipakai untuk mewarnai, tidak bisa diambil
kesimpulann tentang apakah waktu menggambar pasca eksperimen bertambah atau
berkurang .
Ketiga :
Contoh ini merupakan salah satu
implementasi dari keluaran tertentu, sedangkan oerubahan perilaku biasanya
melibatkan lebih dari satu sekuensi stimulus diskriminasi respons keluaran.
Keempat :
Perilaku gigih yang dilakukan
tanpa adanya penguat yang nyata adalah berada di bawah kontrol stimuli
diskrimintaif interna dan atau penguat natural.
Terakhir :
Guru tidak meimplementasikan
penguat konkret untuk ativitas dimana siswa sudah menunjukkan minatnya.
Mengembangkan strategi kelas.
Guru dapat menggunakan
prinsip-prinsip Skinner dengan tiga cara :
a.
Menggunakan stimuli diskrimintaif dan penguatan
dalam interaksi dalam kelas secara tepat.
b.
Implementasikan langkah-langkahh pembentukan
didalam pengajaran
c.
Susun materi pengajaran yang
diindividualisasikan .
Mengembangkan iklim kelas yang positif.
Pendekatan yang jelas seperti
ketegasan tindakan, mungkin diperlukan dalam kelas yang sangat ribut. Namun,
dalam hal ini guru dapat membuat transisi dari hukuman ke penguatan positif
denagn satu perubahan sederhana – dengan merespons kesuksesan siswa ketimbang
kegagalan siswa. Daripada menunjukkan apa kesalahan siswa lebih baik
tunjukkan lah apa yang telah mereka lakukan dengan benar. Dan hasilnya
nantinya akan berupa situasi kelas yang membaik dan pembelajaran yang lebih
efisien.
Pengaplikasian teknologi yang
dikembangkan oleh Skinner di kelas dapat menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut :
o
Langkah 1. Analisis lingkungan kelas sekarang
·
Apa perilaku siswa yang positif yang baru baru ini
menerima penguatan di kelas? Apa perilaku negatifnya menerima penguatan?
·
Perilaku mana yang baru-baru ini dikenakan
hukuman di kelas ?
·
Bagaimana frekuensi hukumannya?
o
Langkah 2. Buat daftar penguat positif
potensial.
·
Apa aktivitas yang disukai siswa?
·
Manakah diantara perilaku yang kena hukuman
seperti yang diidentifikasi dalam langkah sebelumnya yang dapat dipakai sebagai
penguat?
·
Aktivitas mana yang anda lihat dalam latar
alamiah yang mungkin berfungsi sebagai penguat positif untuk perilaku lain?
o
Langkah 3. Memilih sekuensi perilaku yang akan
diimplementasikan awal di kelas.
·
Mana diantara perilaku yang dihukum yang
diidentifikasi di langkah pertama yang jarang direkstrukturisasi dalam bentuk
perilaku positif?
·
Mana diantara perilaku positif yang akan diidentifikasi
di langkah pertama yang jarang terjadi?
·
Apa stimuli diskriminatif awal yang akan
digunakan?
o
Langkah 4. Implementasikan sekuensi perilaku,
menjaga catatan anekdotal dan membuat perubahan jika diperlukan.
·
Apakah aturan untuk perilaku kelas cukup jelas
dan konsisten?
·
Apakah metode untuk mendapatkan penguatan cukup
jelas dan apakah penguatan telah diberikan untuk perilaku yang sudah membaik.
·
Apakah setiap anak memiliki kesempatan untuk
mendapatkan penguatan atas perubahan perilaku?
·
Setelah oerubahan perilaku awal, apakah
penguatan diberikan setelah interval yang lama dan penguat lain juga
diimplementasikan?
Pemrograman pengajaran
Langkah-langkah berikut ini
direkomendasikan dalam mengembangkan program respon yang terstruktur :
o
Langkah 1. Identifikasi keterampilan akhir yang
akan dikuasi dan menganalisis pokok pelajaran yang akan dipelajari.
·
Apa sifat dari perilaku akhir?
·
Apa istilah atau defenisi yang harus dipelajari
untuk mendapatkan keterampilan itu?
·
Apa tipe contoh yang harus direspons siswa
selama belajar ?
o
Langkah 2. Mengembangkan sekuensi frame awal dan
konfirmasi respons.
·
Informasi apa yang harus ditempatkan dalam frame
pertam untuk memicu respons?
·
Apa urutan respins logi yang dapat diharapkan
dari siswa?
·
Apa sekuensi stimuli diskriminatif yang bergerak
maju dari yang sedrhana ke yang kompleks yang dapat memebrikan transfer kontrol
stimuli?
o
Langkah 3. Review sekuensi frame, tata ulang
juga perlu
·
Apakah urutannya bergerak maju dari sedrhana ke
kompleks?
·
Apakah dukungan secara bertahap dihilangkan
dalam urutan itu ?
·
Apakah siswa memberi respons pada konten yang
bermakna atau yang trivial
o
Langkah 4 . implementasikan pengajaran pada
beberpa siswa dan revisi jika perlu.
·
Apakah ada siswa yang mengalami kesulitan dengan
frame?
·
Apakah siswa melewati sistem frame, peroleh
jawaban yang benar hanya dengan membaca bagian dari frame?
·
Apakh programnya menyebabkan penguasaan performa
pada kriteria pascates?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar